Ilusterasi Bale adat Libungan Desa Perigi Kecamatan Suela
PROFIL DESA PERIGI
|
A.
Sejarah Desa Perigi
Desa
Perigi merupakan salah satu desa dari Delapan desa yang ada di wilayah Kecamatan
Suela Kabupaten Lombok Timur yang berdiri pada tahun 1964 dan merupakan pecahan
dari Desa Pringgabaya dengan kepala desa yang pertama adalah Amaq Irama dengan tiga
wilayah dusun yaitu Bukit Durian, Limbungan
dan Lekong Pulut.
Desa
Perigi sebelum menjadi desa lebih dikenal dengan nama Bukit Durian, tetapi
setelah di sempurnakan dengan aturan Pemerintah pada masa Orde Baru, istilah Bukit
Durian diabadikan menjadi sebuah nama dusun. Konon dari dongeng dan sejarah dari
orang tua secara turun temurun serta dari mulut ke mulut bahwa kenapa dinamakan
Bukit Durian nama yang pertama dan Perigi setelah menjadi satu wilayah desa.
Dahulu
semasih menjadi hutan belantara disebuah Bukit yang berdiri pohon-pohon besar
dan dibawahnya ditumbuhi duri sehingga untuk membabat hutan tersebut sulit
sekali karena pada waktu itu sandal atau pun sepatu belum ada, tetapi ada
seorang pada waktu itu, walaupun tanpa alas kaki dia tidak tertusuk duri, maka
mulailah dia membabat hutan-hutan untuk dijadikan lahan pertanian dan setelah
berlangsung bertahun-tahun mulailah orang datang untuk membuat gubuk yang
dipimpin oleh orang tersebut diatas, karena tanahnya miring maka perlu dipasang
batu untuk menahan longsoran tanah yang lebih popular dengan nama Perigi .
Sebelum
menjadi Desa ada sebuah kampung yaitu Limbungan yang pernah menentang Penjajah
Belanda untuk tidak membayar pajak (upeti) sehingga Belanda marah dan menyerang
Limbungan sehingga terjadi perang atau lebih terkenal dengan istilah Silat
Limbungan yang di pimpin oleh para pepadu antara lain Patih Darwasih, Penganten
Ratnayu dan Guru Kepak, akan tetapi Limbungan dapat di kalahkan oleh Belanda
waktu itu, sehingga banyak tokoh-tokoh Limbungan yang di tangkap dan dibuang ke
Sumatera dan Aceh.
Setelah terjadi pemekaran Desa Pringgabaya
maka untuk mengenang terjadinya desa, dari pasangan batu yang berfungsi
menahan tanah agar rata maka dikukuhkan dengan nama Perigi, dari tahun ke tahun Desa Perigi terus menerus
melakukan pembenahan diri, dimana pada waktu baru berdiri hanya terdapat 3
Kekeliangan yaitu Kekeliangan Bukit Durian,Tumpang Sari dan Limbungan.
Pada tahun 1982 istilah Kekeliangan diubah
menjadi dusun. Secara Administratif Desa Perigi memiliki 7 dusun antara lain Bukit
Durian, Karang Asem, Aik Beta, Gunung Rawi, Belumbang, Lekong Pulut dan
Limbungan. Pada tahun 1996 Dusun Limbungan di Mekarkan menjadi dua dusun yaitu
Limbungan dan Jeringo maka terdapatlah 8 Dusun di Desa Perigi. Pada perkembangan
berikutnya pada tahun 2009 terjadi pemekaran Desa Perigi menjadi dua desa yaitu
Desa Perigi dan Mekar Sari dan dimana Dusun Belumbang dan Lekong Pulut masuk ke
Desa Mekar Sari, maka wilayah Dusun di Desa Perigi tinggal 6 dusun yaitu Bukit
Durian, Karang Asem, Aik Beta, Gunung Rawi, Limbungan dan Jeringo, karena mengingat
pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan dan dalam upaya
pendekatan pelayanan kepada masyarakat.
Pada tahun 2010 dari 6 dusun yang ada di
mekarkan menjadi 13 dusun diantaranya Bukit
Durian, Durian Utara, Karang Asem, Kuang Banyak, Aik Beta, Rembiga, Gunung
Rawi, Iting, Limbungan Barat, Limbungan Timur, Jeringo, Sengalang-Alang dan
Kuang RengaTran. Pada perkembangan berikutnya di akhir Tahun 2010 di adakan
kembali pemekaran Desa Perigi menjadi dua yaitu Desa Perigi dan Desa Puncak
Jeringo. Dusun Jeringo, Rembiga, Sengalang-Alang dan Kuang Renga Tran masuk ke wilayah
Desa Puncak Jeringo. Dengan demikian
Desa Perigi saat ini terdiri dari 9 dusun diantaranya Bukit Durian, Durian
Utara, Karang Asem, Kuang Banyak, Aik Beta, Iting, Gunung Rawi, Limbungan Barat
dan Limbungan Timur.
Desa Perigi dalam pembenahan diri selalu
lancar, aman, kreatif, dan rukun dimana masyarakat masih alami sehingga
pengaruh dari tokoh masyarakat kental dan adat istiadat desa masih tetap di
pertahankan. Desa Perigi sejak berdiri hingga sekarang sudah dipimpin oleh 9 orang
kepala desa antara lain Amaq Irama : 1964-1969, Amaq Darwisah : 1970-1973,
Najamudin : 1974-1975, Lalu Wirasakti :
1975-1980, Amaq Darmayup : 1980-1983, Amaq Suharni :198 4-1992, Masrah :1992-2000,
H. M. Darwati Akbar : 2000-2012 dan Darmawan : 2012-2017.
0 Komentar