Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

"Di Antara Dua Perang" I


NTB, SK_Seorang kawan pernah berkata, "Tidak ada masa damai, yang ada hanyalah masa istirahat di antara kedua perang". 

Benarkah begitu? Aku jadi teringat kepada para pendahulu kita yang memerangi penjajahan agar semua anak bangsa bisa berpendidikan—bukan hanya anak-anak dari para pejabat; hasil peranakan penjajah dengan para nyai; atau keturunan priyayi saja. 

Ya, anganku jauh melayang pada masa-masa awal abad dua puluh, pada masa sepeda baru saja masuk dan dinamakan "kereta angin", dan listrik masih jadi hal yang tidak semua orang bisa lihat. 

Orang-orang pribumi di zaman dahulu begitu terkungkung keterbatasan informasi tapi mampu berfikiran luas, memimpikan hal besar, berharap ada masa di mana negeri ini bisa menyejajarkan dirinya di kancah dunia. Paham-paham baru pun melebur di negeri tercinta ini untuk meludahi paham lama penjajah.

Mereka, para pendahulu kita—mungkin kakek dan nenekmu—adalah orang-orang hebat yang memberikan pundaknya agar kita bisa meraih lebih tinggi, menggapai cita-cita, menjadi rival sekaligus kawan setara bangsa-bangsa Eropa dalam hal teknologi dan ilmu pengetahuan. 

Betapa sedihnya hatiku ketika dihadapkan dengan kenyataan hari ini, di mana kebanyakan dari kita yang tidak lagi terkungkung oleh keterbatasan informasi, malah mempunyai pemikiran yang sempit. Anak muda yang kuat mempergunakan kekuatannya untuk memojokkan yang lemah, dan lebih senang membuat geng yang mengeroyok orang-orang tak bersalah, daripada berorganisasi untuk mengeroyok ketidakadilan. 

Orang-orang pintar mempergunakan otaknya untuk mengelabui dan menipu rakyat kecil dengan sejuta janji tanpa bukti. Kota menjadi kotor dengan baliho-baliho dan ribuan poster menyambut pemilu yang memajang foto si calon dengan senyum lebar dan titel panjang, sepanjang kereta api. Bukankah Henry Dunant pernah bilang,

 "Selama sebuah negara tidak kekurangan pecinta alam, negara tersebut takkan kehabisan pemimpin?" Lalu calon pemimpin macam apa yang mengotori kota? Calon pemimpin macam apa yang tidak peduli dengan sampah-sampah sisa pemilihan umum?


📒: Catatan Juang

📝: Fiersa Besari ===> @fiersabesari

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement