Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

FGD Geopark Interpretasi Geowisata Menuju GEO marine Conservation

 


Lombok Timur, SK - Kawasan Konservasi Perairan dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3P) memiliki peran penting dalam menjaga fungsi ekologis, ekosistem sehingga sumber daya pesisir dan kelautan dapat dimanfaatkan secara maksimal, berkelanjutan untuk kepentingan masyarakat. 


Untuk mengelola kawasan konservasi tersebut, penting melibatkan unsur masyarakat (Pokmaswas) sebagai mitra kerja pemerintah dan lembaga peduli lingkungan lainnya seperti Wildlife Conservation Society West, Nusa Tenggara Barat (WCS NTB) serta lembaga peduli lainnya.


Untuk mengaplikasikan gagasan itu, WCS bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Nusa Tenggara Barat (BKSDA NTB) mengadakan Fokus Grup Diskusi (FGD) Geopark konservasi laut dan pariwisata, berlangsung di Area wisata Pulo Lampu, Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, Sabtu, 10/7/2021.


Selain penggiat wisata, turut hadir dalam FGD itu adalah Kabid LH, Lotim, Kades Padak Guar, penggiat traveling, Pelajar dan mahasiswa serta lembaga pemerhati lingkungan semuanya sebanyak 78 orang.


Materi yang disampaikan oleh pemateri dari Geopark Rinjani, Meliawati adalah, pengenalan Geopark dan interpretasi Geo wisata berbasis maritim. 


Manager Pemberdayaan Geopark Rinjani, Fathul Rakhman memaparkan beberapa program WCS yang sudah dilaksanakan di beberapa tempat di wilayah NTB. Pemaparan program WCS itu menjadi edukasi sehingga bisa diterapkan di kawasan konservasi pesisir Sambelia.


Wakil Kepala BKSDA NTB, Lalu Gede Gangga Widarma dalam sambutannya menjelaskan, ada tiga jenis hutan yang harus diketahui masyarakat. Diantaranya di sebutkan hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi. Yang mana ketiga jenis hutan ini katanya ada yang dikelola oleh pemerintah pusat dan ada juga langsung pengelolaannya diserahkan ke pemerintah Provinsi dalam hal ini Dinas LHK.


Melihat begitu antusiasnya peserta mengikuti FGD, ia meminta kepada koordinator WCS, Haerul Azmi agar mendaftarkan semua kader konservasi ini, kemudian nanti bisa dibuatkan kartu keanggotaan. Apabila nanti mereka ingin berkunjung ke kawasan konservasi di mana saja, akan dipermudah karena sudah terdaftar sebagai anggota. 



"Silahkan didaftarkan mereka menjadi kader konservasi," pintanya.


Kadis Lingkungan Hidup Lombok Timur, diwakili Kabid perlindungan konservasi, Tohri Habibi pada kesempatan itu mengkhawatirkan dampak yang ditimbulkan apabila abrasi terjadi. Dia mencontohkan abrasi yang terjadi di sepanjang pantai mulai dari Desa Kerumut, Pringgabaya hingga Labuhan Haji.


Begitu pula pencemaran lingkungan akibat banyaknya sampah yang dibuang ke laut bisa menimbulkan pencemaran lingkungan. Keberadaan perusahan serta pengeboman ikan merupakan tantangan yang serius bagi pemerintah untuk menjaga ekosistem kelautan. 


Kehadiran Pokmaswas menurutnya cukup membantu pemerintah ikut serta melakukan pengawasan pesisir pantai. "Syukurnya disini ada Pokmaswas yang menjaga turut menjaga kawasan pantai sehingga keberlangsungannya bisa dinikmati oleh anak cucu kita," katanya.


Di satu sisi, Kepala Desa Padak Guar Tarmizi, dalam sambutannya menyampaikan ucapan terimakasih pada WCS yang sudah banyak membantu masyarakatnya dalam konservasi kawasan kelautan dan pesisir pantai.


Di lain sisi Tarmizi, merasa miris dengan keberadaan perusahaan yang bisa menimbulkan pencemaran lingkungan jika tidak segera di imbangi dengan membuat master plan kawasan konservasi maka dampak buruk dikhawatirkan terjadi di kemudian hari.


"Master plan ini kita buat untuk mengimbangi keberadaan industri yang berada di Desa Padak Guar. Kita mau protes tidak bisa karena industri ini perusahaan plat merah," tambahnya.


Usai melakukan FGD para peserta kemudian akan bertolak menuju Gili Kondo menggunakan perahu yang sudah dipersiapkan.


Di Kawasan Gili Kondo mereka akan berkemah satu malam. Esoknya kemudian para peserta akan melakukan praktik patroli laut. Setelah itu melakukan interpretasi menyusun paket Geo-marine tourism kemudian dirangkai dengan pelatihan teknis mengidentifikasi terjadinya Tsunami. 


Sisa empat jam terakhir, peserta akan diperkenalkan dengan alat selam dan fungsinya. Dan terakhir, peserta diajak bagaimana mengadopsi mangrove di kawasan Gili Kondo oleh Pokmaswas Petrando dan WCS NTB. (Ggar)

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement