Langsung ke konten utama

Postingan

Jurnalisme Warga Kawal Pelayanan Adminduk

Aikmel. SK_Kamis 17/10 /2019 Bertempat di Aula Kantor Desa Aikmel Utara Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur, Menggelar acara Lokakarya Penyusunan Tools Monev dan Strategi  Pemantauan Layanan Admninduk Oleh Masyarakat  (Monitoring Kokabotatif,Jurnalisme Warga) yang di Pasilitasi oleh LPA NTB dan KOMPAK. Kegiatan ini di Hadiri Oleh Beberapa  Desa dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Aikmel dan Kecamatan Lenek. Adapun desa yang mengikuti acara tersebut antara lain Desa Aikmel utara, Desa Toya, Desa Aikmel Induk, Desa Kali jaga Timur, Desa Sukarema dan Desa Lenek induk. Adapaun unsur yang terlibat di dalam kegiatan tersebut mulai dari Tokoh adat, Ketua BPD dan Penggiat Media. Kita harapkan dengan adanya kegiatan tersebut bisa meningkatkan kinerja Pemerintah yang ada di desa dengan terus membuat terobosan baru. Tidak hanya melibatkan kader dan pokja Adminduk tetapi melibatkan semua masyarakat yang ada di lingkup Desa Masing,sehingga ada kesadaran sendiri dari masyatakat. Karen

LPA dan Kompak Gelar Kegiatan Loka Karya

Aikmel Utara, Kamis, 17 Oktober 2019 Lembaga Perlindungan Anak/ LPA dan Kompak gelar Loka Karya penyusunan Tol pemantauan di aula Kantor Desa Aikmel Utara Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan LPA dan Kompak dalam rangka mengoptimalkan pelayanan Adminduk yang di hadiri oleh Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Kader, Karang Taruna dan Unsur Lainnya. Dalam acara tersebut peran aktif semua unsur sangat diharapkan agar tercapai tuntas Adminduk. Penulis: Irwan

Menyedihkan ..!! Tak Mampu Bayar SPP, Siswa Sekolah Negeri Pindah Ke Swasta

Lmbok timur SK_Sedih seorang mantan siswa SMA negri pindah sekolah ke MA swasta di sebabkan tak mampu untuk membayar Sumbangan Pembinaan Pendidika (SPP). Seperti keterangan M. Khairul Rizki yang pindah dari SMA N 1 Suela ke MA Pondok Pesantren Miftahul Faidzin Ketangga, ia menceritakan saya pindah karena tidak mampu untuk membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) setiap bulan yang sejumlah Rp150.000. Saya merasa Rp150.000 sangat mahal karena saya melihat penghasilan orang tua saya tidak mampu untuk membayar, jadi saya memutuskan untuk pindah ujarnya saat kumpul bercerita di depan teman-temannya. 15/10/2019 Ia juga menambahkan, bukan saya saja yang bernasip seperti ini, seperti Muliono yang juga pindah karena tak mampu membayar SPP,  jadinya kami pindah ke suwasta biar kami geratis ungkapnya. Seperti penjelasan M. Faesal yang masih sekolah di SMA Negeri juga mengeluhkan mahalnya SPP,  ia mengatakan saya sebenarnya tidak mampu untuk membayar SPP yang Rp150.000 dari penghasi